MAKANI MACAN
Sejak tahun 2015 lalu saya sangat penasaran untuk melihat secara langsung dari dekat traditional adat yang sudah ada sejak dulu, bahkan dilakukan secara turun temurun mulai jaman pembabat tanah desa Bugeman ini ada.
Arak-arakan pembawa LEGHIN |
Cerita desas-desus mewarnai dari berbagai kalangan masyarakat situbondo, terutama eksotika unsur mistisnya, pitutur dari mulut-mulut dari beberapa warga masyarakat itu pun terdengar ke telinga saya, ada yang memaknai dengan istilah RITUAL MAKANI MACAN, sungguh menggelitik saya untuk segera ingin menyaksikan dari dekat secara langsung tradisi SALAMETTAN DHISA BHUGHEMMAN (dialeksitas lokal dari nama desa Bugeman) ini.
Gerbang Desa Bugeman |
Desa Bugeman atau dalam dialeksitas lokal penyebutannya adalah BHUGHEMMAN, dari titik pusat kota Kabupaten Situbondo berada di sisi tenggara pada titik koordinat 7°44'16"S 113°57'20"E • dengan ketinggian permukaan tanah antara 19-300 meter. Terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Balangguan, Dusun Padhegan dengan tata pemerintahan desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
Foto satelit citra wilayah Desa Bugeman |
secara geografis terdiri dari beberapa lembah dan perbukitan, sebagai bagian dari patahan bumi Gunung Purba Ringgit. Kekayaan alam yang terdiri tanah yang subur, hutan, dan sosial masyarakat yang komplek menciptakan karakter kehidupan yang damai tentram sebagai citra diri pedesaan pada umumnya.
Gunung Purba Ringgit |
Sebagai bagian dari kehidupan kawasan Gunung Purba Ringgit, desa Bugeman juga menyimpan kekayaan adat tradisional yang hingga saat ini masih terjaga lestari.
Tradisi ritual khusus dalam bentuk SALAMETTAN DHISA BHUGHEMMAN adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap tahun, Biasanya dilakukan pada bulan Maulid Nabi penanggalan jawa pada hari senin terakhir dan selasa.
Mengawali rasa penasaran saya mulai menjelajahi Desa Bugeman dengan menemui beberapa sahabat yang memang asli warga desa Bugeman. Beberapa rangkaian acara mengawali kegiatan acara tersebut. Berdasarkan hasil percakapan saya bersama pak MUDASIR, salah satu tokoh masyarakat keturunan langsung ketujuh dari pembabat tanah desa Bugeman menceritakan kepada saya, biasanya sebelum pelaksanaan acara selamatan desa beliau akan mendapatkan bisikan gaib, semacam wangsit atau pesan dari para leluhurnya sebagai penanda akan dimulainya acara selamatan desa. Sang istri pun sempat menceritakan juga bahwa "bapak biasanya sakit terlebih dahulu sebelum turunnya wangsit tersebut" sore itu saya sendirian memang niat mencari informasi lebih dalam tentang ritual adat salamettan dhisa bugeman tersebut.
Bersama pak MUDASIR keturunan ke enam pembabat tanah Bugeman di Roma Kona |
Setelah mendapatkan wangsit, beliau akan memberitahu Kepala Desa Bugeman dan Kepala desa akan memberitahukan kepada masyarakat. Dan masyarakat desa bugeman akan bersiap menyambut acara ritual tersebut. Sudah menjadi sebuah kebiasaan dan keharusan bagi setiap anggota masyarakat untuk turut serta dalam kegiatan ritual adat tersebut.
Ada cerita unik nih gaeeessshh.... Setiap mau mengadakan acara salamettan dhisa, anggota masyarakat akan urunan secara sukarela dalam istilah lokalnya KEMMITAN dan JIMPITAN, mereka akan menyumbang apa yang mereka punya secara sukarela demi terwujudnya acara tersebut, sahabat saya mas ALI mengatakan meski hanya sebutir telur, segenggam beras dan seculi kemenyan tetap akan disumbangkan. Tujuannya bukan hanya sebagai acara tersebut sukses, tetapi juga sebagai bagian dari bentuk ngalap berkah, kepercayaan diri supaya mereka juga mendapatkan keberkahan, keselamatan dan memperlancar rejeki.
Sahabat saya mas DEKI salah satu warga desa Bugeman mengatakan "bahkan warga desa akan menegur petugas yang menjemput sumbangan jika melewatinya atau ada salah satu keluarga yang terlewatkan secara tidak sengaja, petugas kemitan itu akan ditegur langsung" 😁😁 berat ya gaeeeessssss jadi petugas kemitan dan jimpitan, hukum adat yang berlaku gaeeessshh 😂
Saya memaknainya kegiatan tersebut sebagai bentuk gotong royong citra masyarakat desa pinggiran hutan yang masih terjaga lestari.
Dirumah Kepala Desa Bugeman akan diadakan pemotongan sapi sebagai rangkaian berikutnya dan ibu-ibu pun secara antusias akan mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat berbagai macam makanan, kue dengan berbagai macam jenis, sate-satean, tumpeng, kerupuk, semua bagian tubuh dari hewan yang dikurban (limpa, paru, usus, daging, kulit dsb), bunga-bungaan, kemenyan, ancak dari pelepah pisang yang kesemuanya tidak boleh terlewatkan, resikonya jika ada 1 saja terlewatkan dipercaya akan ada musibah masyarakat desa jadi tidak aman, dan kaum bapak-bapak pun juga akan sibuk membuat tempat makanan dalam bentuk sesajen tersebut. Tempat sesajen itu bernama LEGHIN, berbentuk kurungan rumah-rumahan beratap yang di dalamnya terdapat rangka dari kayu atau bambu dan disisi kanan kirinya terdapat bambu panjang yang berfungsi sebagai alat untuk menggotong saat diarak nanti, di dalamnya terdapat rak-rak bertingkat berfungsi untuk menaruh bherkat atau sesajen tersebut.
Leghin akan dilapisi dengan anyaman daun kelapa yang telah di anyam sedemikian rupa. Saat proses masak oleh para ibu-ibu ada larangan atau pantangan yang wajib dilaksanakan yaitu tidak dalam keadaan menstruasi, tidak boleh berbicara kotor, hati dan pikiran harus bersih termasuk dilarang mencela masakan yang dibuat. Akan dibuat 2 dapur yang berbeda pada saat acara pembuatan masakan tersebut, yang satu untuk acara selamatan dirumah kepala desa, yang satu untuk selamatan dirumah kuno yang dihuni oleh tetua adat keturunan dari pembabat tanah desa Bugeman yang saat ini dihuni oleh pak MUDASIR.
Cerita sang istri pak Mudasir, bahwa sebelumnya pak mudasir menolak untuk dijadikan tokoh setelah bapaknya yaitu pak LUWI alias haji IDRIS, pada saat kondisi bapaknya sedang sakit beliau berpesan bahwa yang akan menjadi mufti (tokoh adat) adalah pak Mudasir, tetapi pak Mudasir menolak karena masih banyak tokoh masyarakat yang lain yang kompeten. Setelah pak LUWI alias haji IDRIS mangkat, pak MUDASIR pun ikut sakit saat itulah ada sesuatu yang dirasakan oleh pak MUDASIR sendiri semacam ilmu turunan atau wasiat untuk terus melanjutkan menjadi mufti dalam acara selamatan desa bugeman. Istilah rumah kuno pun kami bahas bersama, ROMA KONA dalam dialeksitas lokal masyarakat sekitar meyakini bahwa rumah itu adalah rumah pertama di desa Bugeman yang dihuni secara turun temurun oleh pembabat tanah desa, diantara keturunan para leluhur pembabat tanah desa Bugeman adalah :
- Jhu' ARSENI
- Jhu' MUDE
- Jhu' MAIL
- Jhu' BUNGSO
- Kyae RAPYA alias LUWI alias Haji IDRIS
- MUDASIR
Setelah LEGHIN selesai, barulah sesajen dalam LEGHIN tersebut diarak secara bersama-sama menuju tempat sakral dibelakang sekolah dasar dibawah pohon KOLPO yang diyakini sebagai cikal bakal nama desa Bugeman, selanjutnya menuju rumah kuno untuk di doakan, diruwat dan dingajikan oleh pak MUDASIR, beberapa sesajhen atau sasandhing tersebut akan diletakkan di tempat tempat yang dianggap keramat oleh warga desa, di daerah ongghe'en, di belakang rumah kona dan dibeberapa tempat lainnya yang dianggap sakral.
Tentu saja meletakkan sesajen tersebut tidak hanya sekedar diletakkan begitu saja tetapi beberapa mantra dan doa yang tertulis dalam tulisan arab bercampur jawa kuno pun dibacakan dengan pembakaran kemenyan. Biasanya dilakukan pada hari senin setelah waktu duhur atau diatas jam 12 siang, arak-arakan akan terus berlanjut hingga titik titik tempat keramat tersebut terpenuhi oleh sesajen.
Cerita mistik dari penuturan langsung istri pak Mudasir, bahwa suatu hari ada anak perempuan seumuran anak SMP saat buang air kecil di kamar mandinya tiba-tiba menghilang dan seluruh warga se-RT pun sibuk mencarinya, berita ini tersebar luas dikalangan masyarakat desa, hingga malam pun tidak ketemu, tiba-tiba si anak hilang itu muncul di teras rumahnya dengan menangis dia manggil-manggil pak mudasir supaya di doakan, setelah didoakan si anak hilang ini dikembalikan lagi ke keluarganya, setelah kejadian tersebut saling berdiskusilah bu mudasir dan pak mudasir apa yang salah dengan ritual selamatan desa itu ya....apa ada yang kurang? Apa harus ritual selamatan lagi? Begitu dalam benak bu mudasir. Setelah satu hari kejadian tersebut salah satu warga datang menemui pak mudasir meminta maaf dan membawa empedu sapi, katanya empedu sapinya saat kurban dia ambil untuk jamu kuat. 😂😂 Mungkin orang itu juga merasa ketakutan sehingga membawa empedu sapi untuk diletakkan kembali ke tempat sesajen di lokasi yang disakralkan tersebut.
Bersama pak YOYOK budayawan lokal yang banyak menceritakan kisah sejarah Desa Bugeman |
Salah satu tokoh masyarakat sekaligus pemerhati budaya lokal pak yoyok juga menuturkan kepada saya, seorang wanita berasal dari dusun Krajan saat tidur siang tiba-tiba secara tidak sadar berjalan menuju subur belakang rumahnya dan tiba-tiba menceburkan diri ke dalam sumur tersebut, sontak saja wanita tersebut kaget dan minta tolong, setelah warga membantu melakukan evakuasi kemudian diajaklah dialog wanita tersebut ternyata menurut penuturannya dia sedang diajak jalan-jalan entah menuju kemana, kemudian setelah digali lagi informasi dari wanita tersebut saat ikut masak mempersiapkan ritual tersebut, hatinya "akarettek" nggak baik dan berakibat seperti itu. Beberapa kisah mistik sering terjadi gara-gara hal sepele saat pelaksanaan ritual tersebut. Pak YOYOK menuturkan kepada saya bahwa dalam pelaksanaan ritual adat tersebut memang harus bersih perilakunya, pikiran dan jiwanya.
Gaeeeessssss....
Itu sebuah kegiatan ritual adat masyarakat desa bugeman yang menjadi rangkaian kegiatan selamatan desa pada hari senin yang kemudian akan berlanjut pada kegiatan ritual lainnya pada hari selasa yaitu kegiatan pertunjukan OJHUNG, atau masyarakat jawa mataraman menyebut TIBHAN. Cerita ritual OJHUNG akan kami ceritakan pada segmen berikutnya yaaaa....tetap paten dengan cerita-cerita unik penuh mistis dan atraktif di kehidupan masyarakat situbondo yang kaya dengan khasanah kebudayaan yang wajib kita lestarikan sebagai warisan leluhur dan citra diri bangsa Indonesia. 🇮🇩
Salam budaya..
Rahayu...
Itu sebuah kegiatan ritual adat masyarakat desa bugeman yang menjadi rangkaian kegiatan selamatan desa pada hari senin yang kemudian akan berlanjut pada kegiatan ritual lainnya pada hari selasa yaitu kegiatan pertunjukan OJHUNG, atau masyarakat jawa mataraman menyebut TIBHAN. Cerita ritual OJHUNG akan kami ceritakan pada segmen berikutnya yaaaa....tetap paten dengan cerita-cerita unik penuh mistis dan atraktif di kehidupan masyarakat situbondo yang kaya dengan khasanah kebudayaan yang wajib kita lestarikan sebagai warisan leluhur dan citra diri bangsa Indonesia. 🇮🇩
Salam budaya..
Rahayu...