Ritual PAKDENG-DENG |
WISATA SITUBONDO || untuk menuju desa Tlogosari, butuh waktu sekitar 1 jam dari pusat kota Situbondo menuju ke arah barat, sesampainya di Besuki, ada dua jalur yang bisa dilewati, yang pertama pertigaan jembatan demung dan perempatan polsek besuki atau alun-alun besuki ke selatan, ikuti arah jalur menuju sumbermalang, dan akan melewati beberapa desa.
Peta wilayah desa Tlogosari |
Sisi Utara desa Baderan adalah Desa Tlogosari, terletak pada ketinggian kurang lebih 500-700 Mdpl, pada koordinat 7°51'06"S 113°42'21"E dengan temperatur udara cukup sejuk. Desa Tlogosari memiliki kemiripan dengan karakteristik masyarakat desa baderan, selain potensi alam perbukitan yang masih hijau alami, penduduk yang sangat ramah, desa ini juga salah satu penghasil tembakau terbaik diwilayah barat situbondo, Jawa Timur.
Perjalanan saya dan mas Welly berkunjung ke rumah mas Fandy, salah satu anggota Pokdarwis Terpadu Soeradikara Situbondo bertepatan dengan acara selamatan desa atau mereka menyebutnya KADHISA, jika Kadhisa yang edisi kemarin saya mengulas tentang Kadhisanya desa baderan, kali ini sedikit saya ulas berdasarkan pengamatan dan pitutur dari nara sumber warga setempat. Hari Jum'at tanggal 14 Agustus 2020 sore saya sudah sampai di Homestay FANDY OFFROADZ, bercengkrama diawal kemudian pada saat habis magrib pun saya dan mas Welly diajak mengikuti ritual selamatan di jalan. Cukup terkejut saya, istilah selamatan di jalan beraspal yang itu adalah jalan utama menuju desa baderan, tentu saja akan dilewati oleh sepeda motor dan mobil atau bahkan truk umum, dan dilaksanakan pada malam hari pada jalur-jalur tikungan dan tanjakan. Ngeri juga kalo lihat kondisi dengan penerangan lampu yang sangat minim justru acara selamatan diadakan di separuh jalan utama 😂
Mas Fandy pun turut serta dalam kegiatan acara ini, sebagai tokoh pemuda dan anggota masyarakat desa Tlogosari, beliau mengajak saya sambil membawa ancak yang berisi berbagai macam jenis makanan dan jajanan tradisional untuk didoakan bersama. Sempat saya tanyakan mengapa ritual seperti ini diadakan? Bukankah baderan kemarin sudah melaksanakan adat ritual KADHISA juga? Mas fandy menjelaskan kepada saya, bahwa pada hari pertama KADHISA di baderan adalah penanda kami melaksanakan juga, jadi pelaksanaan KADHISA dilaksanakan dari atas ke bawah, bedanya di Tlogosari, uapacara KADHISA dilakukan di beberapa dusun, salah satu bagian ritual KADHISA namanya PAKDENG-DENG atau TAPAK DENG-DENG, yaitu upacara selamatan yang diadakan disetiap perempatan jalan, perempatan gang.
Tanpa diorganisir tanpa diadakan musyawarah terlebih dahulu persiapannya, masyarakat desa Tlogosari secara mandiri dari mereka sendiri pun berduyun-duyun membawa ancak tradisional tersebut, setiap tahun acara ini diadakan secara swadaya dan menjadi norma adat bagi masyarakat desa Tlogosari. Saat melaksanakan ritual ini pun juga menjadi pikiran saya yang membuat terheran heran, pelaksanaan di separuh jalan aspal utama, tanpa petugas keamanan yang mengatur arus lalu lintas di malam hari, bisa dibayangkan sobat traveller? Cukup mengerikan, tetapi peserta selamatan PAKDENG-DENG itu tetap khusyuk melakukan doa ritual khusus ini, dan pengendara kendaraan pun sangat paham saat musim-musim KADHISA mereka akan sangat berhati-hati dalam berkendara.
Meski acara berada di setengah jalan utama mereka tetap khusyuk dan khidmat berdoa |
Saat saya berbincang dengan pak SULIS SUNARDI yang turut serta dalam ritual PAKDENG-DENG menuturkan bahwa demi keselamatan masyarakat pengguna jalan, kami mengadakan acara selamatan selain itu juga untuk mendoakan bersama para leluhur pembabat tanah desa Tlogosari. Saya kembali bertanya jika tidak dilaksanakan bagaimana? Dengan lugas beliau mengatakan bahwa tradisi ini sudah dari SE-KONA (para leluhur gaeessh 😂) jika tidak dilaksanakan nanti macan atau harimau gaib pun akan turun ke masyarakat, bahkan SASANDHING atau sesajen yang didoakan kurang lengkap nanti pasti ada masalah-masalah di masyarakat.
Di dusun Locare utara pun diadakan upacara KADHISA yang salah satunya dengan ritual POJHIEN MANJHENG, jika di baderan ada pojhien tojuk, maka dibaderan ada pojhien manjheng. Dengan penuh khidmad dan meriah mereka melakukan ritual unik ini hingga hari ketiga gaeeessshh..
Simak deh videonya ya...
Simak deh videonya ya...
Pada hari ketiga pun ritual KADHISA desa Tlogosari ditutup denga kemeriahan Kerapan Sapi yang tentu saja bertujuan menyuburkan tanah pertanian dan ladang mereka yang sebagian besar adalah petani kopi traditional.
Oh iya gaesssshhh hampir lupa, di desa Tlogosari memiliki potensi keunikan lain yang bisa kalian nikmati, selain udara yang sejuk, cuaca yang dingin dan sejuk, menikmati aroma tembakau terbaik, menikmati kopi arabika kaki argopuro juga sangat rekomended deh... Salah satu kedai kopi traditional terbaik yaitu di depan kantor kecamatan sumbermalang, KEDAI MBOK DOEL, kedai kopi tertua di sumbermalang. Mas dedy adalah generasi keturunan ke empat dari pengelola kedai tersebut, sapa senyum dan salamnya mas dedy membuat saya selalu ingin minum kopi ditempat ini, tempatnya sih bagi saya biasa, tapi aroma dan citarasa kopi arabika dan suasana akrab kekeluargaan yang kuat yang bikin saya ingin selalu berkunjung ke KEDAI MBOK DOEL. Warung kopi yang legendaris di Sumbermalang.
Fasilitas homestay juga ada, rumah mas Fandy cukup banyak kamar, termasuk yang ingin wisata ngetrail mas fandy juga salah satu tim adventure divisi darat bersama mas Wowok di Pokdarwis Terpadu Soeradikara Situbondo (cek struktur kepengurusan).
Dijamin deh, kalian akan puas dan betah tinggal di Desa Tlogosari yang sejuk dan damai ini...
Salam Budaya...
Salam Pariwisata Indonesia 🙏🇮🇩 (AG)
BACA INFO SELANJUTNYA