Ritual Malam Suro di Kilensari, Panarukan
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak ragam budaya mulai dari tradisi spiritual dan tradisi seni budaya. Nah teman - teman pembaca yang budiman, kali ini ada salah satu tradisi yang sangat unik nih yaitu pawai kirab obor yang tepat dilaksanakan pada Malam 10 di bulan Muharram atau masyarakat lokal Kilensari Panarukan menyebutnya MALEM SETTONG SORA.
Kegiatan atau kebiasaan ini dilakukan dengan konsep OBOR NGALELENG dengan membaca Shalawat Burdah sebagai doa dengan niat dan tujuan agar memberi keselamatan dan keberkahan terhadap Desa Kilensari Kecamatan Panarukan.
Masyarakat dan pemuda setempat sangat mempercayai dengan melaksanakan tradisi tersebut yang nantinya akan membawa banyak sekali kebaikan, keselamatan, dan keberkahan selama setahun kedepan. Kegiatan ini telah turun temurun dilakukan mulai dari leluhur hingga generasi sekarang.
Gaeeeesssssshhhh...
Kali ini tradisi kirab obor dilakulan oleh salah satu komunitas yang di dalamnya lebih dominan pemuda asli yang ada di Kilensari. Karnis merupakan kepanjangan Kumpulan Anak Remaja Naungan Islam. Nah pemirsa, kirab obor biasanya dilakukan dengan berkeliling desa atau kampung yang dijadikan rute perjalanan hingga pembacaan doa tersebut selesai. Alat-alat tradisional seperti Jirigen, Kentongan dari Bambu, Angklung sebagai media pengiring doa yang dilantunkan dengan tujuan agar doa yang dilantunkan semakin khusyu' dan meriah.
Antusiasme masyarakat semakin besar ketika rombongan obor yang lewat mengeraskan lantunan doa dan tabuhannya. Start pejalanan kirab ini diawali dari lokasi batas desa hingga finish kembali ke tempat awal batas desa lagi.
Masyarakat setempat sangat berharap dengan adanya tradisi ini senantiasa selalu memberikan keberkahan dan keselamatan.
Sebelum kirab obor dilakukan biasanya masyarakat setempat melakukan ritual atau selamatan dengan sesajen Tajhin Sora secara individu dirumah masing - masing. Setelah ritual selesai maka hidangan tersebut dibagikan ke tetangga - tetangga dan saudara saudara dekat dengan harapan juga mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
Dengan adanya tradisi tersebut sangat berharap sekali kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa melindungi Desa Kilensari dan sekitarnya dari musibah, bencana, dan wabah. Makanya kita sebagai manusia yang sadar terutama pemuda harus tetap melestarikan budaya lokal yang diwariskan oleh leluhur kami". Imbuh Maulana Taufik Imanullah salah satu anggota KARNIS.
Penulis : Arif Yaman Genbi (Tim Divisi Marketing Pokdarwis Terpadu Soeradikara Situbondo)
BACA INFO RITUAL LAINNYA
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak ragam budaya mulai dari tradisi spiritual dan tradisi seni budaya. Nah teman - teman pembaca yang budiman, kali ini ada salah satu tradisi yang sangat unik nih yaitu pawai kirab obor yang tepat dilaksanakan pada Malam 10 di bulan Muharram atau masyarakat lokal Kilensari Panarukan menyebutnya MALEM SETTONG SORA.
Terlihat seperti api yang berjalan di malam hari |
Masyarakat dan pemuda setempat sangat mempercayai dengan melaksanakan tradisi tersebut yang nantinya akan membawa banyak sekali kebaikan, keselamatan, dan keberkahan selama setahun kedepan. Kegiatan ini telah turun temurun dilakukan mulai dari leluhur hingga generasi sekarang.
Gaeeeesssssshhhh...
Kali ini tradisi kirab obor dilakulan oleh salah satu komunitas yang di dalamnya lebih dominan pemuda asli yang ada di Kilensari. Karnis merupakan kepanjangan Kumpulan Anak Remaja Naungan Islam. Nah pemirsa, kirab obor biasanya dilakukan dengan berkeliling desa atau kampung yang dijadikan rute perjalanan hingga pembacaan doa tersebut selesai. Alat-alat tradisional seperti Jirigen, Kentongan dari Bambu, Angklung sebagai media pengiring doa yang dilantunkan dengan tujuan agar doa yang dilantunkan semakin khusyu' dan meriah.
Kelompok pemuda dan masyarakat sangat antusias dan khusyuk dengan ritual ini |
Masyarakat setempat sangat berharap dengan adanya tradisi ini senantiasa selalu memberikan keberkahan dan keselamatan.
Sebelum kirab obor dilakukan biasanya masyarakat setempat melakukan ritual atau selamatan dengan sesajen Tajhin Sora secara individu dirumah masing - masing. Setelah ritual selesai maka hidangan tersebut dibagikan ke tetangga - tetangga dan saudara saudara dekat dengan harapan juga mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
Dengan adanya tradisi tersebut sangat berharap sekali kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa melindungi Desa Kilensari dan sekitarnya dari musibah, bencana, dan wabah. Makanya kita sebagai manusia yang sadar terutama pemuda harus tetap melestarikan budaya lokal yang diwariskan oleh leluhur kami". Imbuh Maulana Taufik Imanullah salah satu anggota KARNIS.
Penulis : Arif Yaman Genbi (Tim Divisi Marketing Pokdarwis Terpadu Soeradikara Situbondo)
BACA INFO RITUAL LAINNYA
Posting Komentar