Wisata Situbondo || Istilah ini sering kita dengar, Mowang Sangkal adalah sebuah kegiatan yang menjadi sebuah lelaku yang didasari pada keyakinan secara individu maupun pada kelompok masyarakat. Dialeksitas lokal yang pengucapannya secara verbal memiliki kesamaan makna yaitu membuang sial, menolak bala', menjauhkan dari peristiwa apes dan makna filosofi yang pendam di dalamnya menjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh hampir setiap manusia, manusiawi memang jika setiap individu menghindari sebuah peristiwa yang akan menimpa pada dirinya sendiri yang berakibat pada kerugian, baik kerugian secara materi maupun mental psikologis.
Banyak cara manusia untuk melakukan sebuah ritual dalam rangka untuk Muang Sangkal, biasanya lelakon seperti ini dipengaruhi keadaan geografis. mereka melakukan upacara ritual khusus dengan cara selamatan dengan sasandhing (sesajen) berbagai macam makanan, kue-kue, bunga-bunga tujuh rupa, tentu saja ada asap dupa dan kemenyan. Pengaruh paling kuat adalah keyakinan narasi yang berasal dari pitutur para sesepuh secara turun temurun, tentulah hal ini juga dipengaruhi oleh lelaku dari kebiasaan jaman hindu klasik yang ada di tanah jawa, sehingga kebiasaan ini menjadi sebuah kebudayaan baku yang berkembang di masyarakat.
Hari ini, ada sebuah fenomena yang unik terjadi dihadapan saya, keadaan ini terlihat jelas dan aneh, intiya peristiwa kontras yang satu acara kebahagiaan dan acara kesedihan yang terjadi hampir bersamaan. Dalam sebuah lingkungan ada kegiatan acara pernikahan yang disitu tentu saja terjadi diaroma keadaan yang membahagiakan tentu saja acara pernikahan sudah dipersiapkan secara matang, tahapan demi tahapan pun juga sudah dilalui hingga sampai pada titik hari H dan jam H. Suasana ini pastilah memiliki harapan dan makna yang sangat membahagiakan karena harapan dari para pihak termasuk masyarakat sekitar adalah peristiwa sakral dan suci, itulah pernikahan.
Di sebelah rumah yang mengadakan hajat penuh kebahagiaan tersebut pada hari dan jam yang hampir bersamaan, ada rumah yang keluarganya bersedih, yaitu salah satu anggota keluarganya meninggal dunia, tentu saja kehilangan salah satu anggota keluarga tersebut menjadi kesedihan yang mendalam, kematian seseorang tidak direncanakan, tidak juga diharapkan oleh manusia tentu saja ada 2 pemikiran bagi yang memiliki iman kuat mereka akan mengatakan bahwa itu sebuah ujian, tapi bagi yang berpikiran sempit itu sebuah peristiwa bencana. kejadian serupa bisa saja terjadi dimana-mana, termasuk saya dan anda selaku pembaca artikel ini.
Pada salah satu desa, di Kecamatan Kendit apabila menemui peristiwa unik ini, akan segera ada kegiatan Mowang Sangkal, yaitu pihak keluarga yang melaksanakan hajat pernikahan akan menyumbang konsumsi pada keluarga yang dirundung musibah selama 7 hari, entah itu berupa beras maupun kebutuhan pokok lainnya, terutama saat acara tahlilan berlangsung. terlihat jelas hal ini bukti karakteristik "TEPOSELIRO" pada kehidupan bermasyarakat, sifat empati yang terjaga lestari menjadikan sebuah kekuatan kebersamaan dalam kehidupan sosial bermasyarakat, bahkan jika masih kurang kebutuhan dari kegiatan kematian tersebut, keluarga musibah diperbolehkan untuk minta kepada para tetangganya dan hal seperti ini sudah sangat di maklumin oleh setiap anggota masyarakat. Kegiatan Mowang Sangkal ini seperti sebuah keyakinan sehingga masing-masing pihak baik yang sedang dirundung musibah maupun yang berkegiatan penuh kebahagiaan sama-sama memikul tanggungjawab bersama dan terlihat Balance Rule Society.
Di daerah Ledokombo-Jember, peristiwa tersebut juga pernah terjadi juga, tetapi sang sohibul musibah malah tidak diperkenankan mengeluarkan uang sedikitpun untuk kegiatan kematian tersebut, tetapi malah warga sekitar rumah keluarga yang dirundung musibah akan menyumbang apa yang mereka punya terutama hasil bumi yang mereka miliki, karena wilayah ini dikenal sebagai daerah agraris yang subur, tanah ladang dan sawahnya termasuk hasil hutannya juga.
Semisal salah satu keluarga panen jagung ya...mereka menyumbang jagung, mereka yang halaman rumahnya kebetulan punya pohon mangga atau alpokat ya alpokat atau mangganya akan di sumbangkan kepada keluarga untuk disuguhkan pada acara tahlilan hingga usai.
Tentu saja tata cara ritual Mowang Sangkal ini pun berbeda-beda tata caranya sesuai dengan daerah masing-masing.
Semoga budaya-budaya yang memiliki nilai peninggalan para leluhur ini tetap terjaga lestari dan tidak tergilas oleh peradaban jaman yang saat ini terlihat keras membunuh sendi-sendi kehidupan bermasyarakat saat ini.
narsum (DMQ)
Salam Budaya 🇮🇩
Rahayu....🙏
BACA ARTIKEL RITUAL LAINNYA
Posting Komentar