Sebagai informasi, tempayan kubur dikenal sebagai salah satu kebudayaan prasejarah. Para arkeolog di dunia mengenal dua jenis penguburan manusia di masa prasejarah, yakni penguburan primer dan penguburan sekunder.
Yang disebut penguburan primer yakni penguburan langsung, biasanya jenazah dimakamkan bersama benda-benda miliknya sebagai bekal kubur. Sementara tempayan kubur merupakan penguburan sekunder. Yang mana rangka dan tulang manusia yang meninggal dunia dikubur ke dalam wadah berupa tempayan atau guci. Tempayan ini kemudian dikubur bersama bekal kubur. (DETIK NEWS, 8 April 2012).
Kerja bakti bentuk gotong royong masyarakat Desa Kertosari |
Dusun Krajan |
KERTOSARI, jika kita pelajari ada 2 konsonan vokal atau 2 fonem yaitu Kerto dan Sari. terlihat aneh dan unik, nama kertosari ini ada sebuah wilayah yang secara umum memiliki kebiasaan adat pandelungan (jawa dan madura). dalam bahasa sansekerta istilah KERTO atau KARTA dengan penulisan KRTA yang berarti adalah pekerjaan yang sudah selesai, dalam pergeseran makna ditemukan dalam bahasa Jawa Kuno, berarti Kesuksesan, Kesuburan, Kemajuan, Kejayaan.
Sedangkan istilah SARI dalam bahasa jawa lebih kepada hal yang bersifat Inti, utama, tinggi, bunga, keindahan.
Jadi asumsi sementara istilah Kertosari memiliki makna yang keren, yaitu sebuah wilayah yang subur makmur dan dijadikan sebuah tempat yang utama atau diutamakan, sebagai sebuah pengharapan oleh masyarakat jaman dulu berdasarkan keadaan geografis dan kekayaan alam yang subur pada saat itu, mungkin seperti itu ya..😁🤭 (ilmu gotak-gatuk ku kumat geees😁😅)
Sedangkan disisi lain, jika kita mendengar nama KERTOSARI, pastilah dugaan kita akan berpikir nama-nama seperti ini biasanya dipakai oleh masyarakat jaman kerajaan hindu klasik, atau jaman kerajaan mataram kuno.
Secara harfiah nama Kertosari sudah kita kupas diatas, mari kita uklik-uklik kembali nama Desa Kertosari yang memiliki julukan desa gentong ini. kembali ke pertanyaan awal, kenapa desa ini bernama gentong?
Beberapa tahun lalu ceritanya mimin sempat jalan-jalan ke daerah selatan di Desa Kertosari dan pulangnya pun mimin tersesat, hingga menemukan sebuah tempat berupa Asta (tempat yang dikeramatkan) ada papan bertuliskan asta gentong, peristiwa itu sangat mimin ingat, tetapi diemkan karena mimin lebih suka ngalelengnya daripada ribet tanya ini-itu. beberapa tahun kemudian mimin dan beberapa pegiat sejarah situbondo wilayah timur mengunjungi tempat ini, ditemukan beberapa benda yang diduga cagar budaya. sahabat saya mengemukakan atas temuan ini, bahwa benda ini bernama kubur tempayan atau gentong. Berhari-hari kami sepakat untuk menyembunyikan tempat ini untuk menghindari sorotan para pemburu benda cagar budaya atau pemburu harta karun. seperti sebuah sumbu peledak yang berpacu melawan waktu untuk penyelamatan, harus dengan penanganan cepat, akurat tentu saja dengan niat upaya perlindungan dan pelestarian sejarah Kabupaten Situbondo.
Beberapa pegiat sejarah, para ahli sejarah, pihak dinas dan para akademisi sengaja kami undang untuk melihat dan memastikan keakurasian benda ODCB (obyek diduga cagar budaya) tersebut. Tentu saja, upaya penyelamatan Cagar Budaya ini butuh keterlibatan partisipasi aktif dari masyarakat lokal, dan pemerintah desa utamanya.
Dan benar saja hari ini, mimin bersama teman-teman dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo bidang seksi sejarah unit pendaftaran CB (cagar budaya), berkesempatan datang berkunjung ke rumah pekuncen (juru kunci) asta gentong tersebut, tentu saja ini adalah langkah awal kami menelusuri jejak sejarah peradaban manusia yang diduga ada sejak jaman logam dan oleh para ahli dikategorikan sebagai jaman prasejarah. hal ini mengacu pada sebuah tulisan salah satu arkeolog terbitan balar (balai arkeologi) jogjakarta yang menyebutkan titik pusat penyebaran masyarakat austronesia salah satunya ada di sisi timur Kabupaten Situbondo.
Kubur tempayan adalah salah satu kebudayaan masyarakat jaman peralihan neolitikum ke kebudayaan logam, temuan kubur tempayan di Desa Kertosari tidak hanya satu unit saja tetapi banyak dan tersebar, temuan sementara kurang lebih 8 unit, yang didalamnya terdapat tulang manusia, kapak tembaga, gelang, dan benda berharga lainnya. benda-benda tersebut merupakan benda kesayangan semasa pemiliknya masih hidup, dan dinilai berharga oleh sang pemilik sehingg dengan sengaja di kubur bersama dalam tempayan sebagai sebuah bekal untuk kehidupan berikutnya, isi dari gentong atau tempayan ini yang disebut dengan bekal kubur.
Kumpulan tempayan-tempayan kubur ini lah yang kemudian dijadikan cikal bakal sebuah nama daerah atau wilayah yang disebut GENTONG, saat ini dikenal dengan Desa Kertosari atau desa gentong. Bukan seperti cerita dari mulut ke mulut selama ini yang berkembang liar bahkan menjadi sebuah keyakinan yang kuat dan berusaha mengaburkan nilai-nilai sejarah lokal yang sesungguhnya.
Suatu saat, mimin akan mengupas lagi, legenda yang sumbernya dari pitutur yang dipercaya kuat oleh sebagian masyarakat dan tentunya kajian sumber sejarah yang bisa dikaji secara ilmiah yang nantinya akan menjadi sebuah wawasan baru, pengetahuan baru untuk kita semua.
JANGAN PERNAH LUPAKAN SEJARAH (Ir. Soekarno)
Salam pariwisata...
Salam budaya...
Salam sejarah....
Sampai...jumpa lagi gaeesss...🇮🇩
- ADAT MEMANDIKAN KUCING HITAM DAN BMKG PURBA, Sejarah dan Legenda Desa Gentong Kertosari (part 2)
- KAYUMAS SITUBONDO NUANSA ALAM EROPA
- DESA WISATA KEBANGSAAN WONOREJO
- WISATA INTERNASIONAL TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO, JAWA TIMUR
- THE TRUE LOVE STORY OF PRINCESS ANGGRAENI AND PATIGENI
- KEMBANGSARI SEBAGAI SALAH SATU KEMBANG SITUBONDO YANG EKSOTIS
Aroya se noles matao. Konsonan, vokal, fonem. Perak nolesa "suku kata" bhei aoleng. Bunggen
BalasHapusacaca kepak colokna hatter reeeehhh
Hapuskamu tukang cale terbaik hari ini ali gardy se ganteng, terimakasih masukannya 😅😅😅😅🤪🤪🤪🤪
BalasHapusPosting Komentar