Acara nangghele
Wisata Situbondo || Musim hujan telah tiba, bagi sebagian masyarkaat situbondo yang mayoritas beragama islam sebuah pertanda keberkahan langsung dari Sang Maha Pencipta. hal ini akan sangat terasa pada maayarakat situbondo yang berada di wilayah agraris atas, yang sebagian mereka bercocok tanam mengandalkan sistem pertanian tadah hujan, ya... mereka hanya bercocok tanah hanya setahun sekali yakni pada musim hujan saja yaitu antara bulan oktober akhir atau nopember awal sampai pada bulan maret akhir atau masuk pada bulan april.
Biasanya akan ditandai banyak lahan mulai dibersihkan, dahan-dahan pepohonan mulai di potong istilah mereka musim ngoset yang pada umumnya dilaksanakan pada saat hujan pertama kali, para peladang pun mulai mempersiapkan NANGGHELE (alat bajak lahan menggunakan sapi). Tak luput ketiban rejeki adalah toko-toko pertanian mulai di datangi oleh para petani atas, mereka akan mulai belanja bahan pertanian saprodi.
Masa tanam saat hujan tiba |
pada bulan-bulan ini biasanya juga diikuti dengan musim kawin (pernikahan), perbincangan dikalangan ibu-ibu tentang CECCE'AN dan KEMBALIAN pun menjadi tranding hangat diantara perbincangan kisah sinetron di televisi. Masyarakat Situbondo sangat familiar dengan kedua istilah tersebut dan saat di tanya mereka pun akan menjawab dengan sedikit berkeluh kesah tapi juga ada canda tawanya, nah penasaran kan? silahkan tanya kalau punya keluarga, sahabat dari situbondo. 🤭
Yang punya hajat acara walimatul aqiqah |
Para tukang rias manten, penyedia jasa terop acara, gedung-gedung tempat acara, penyedia alat musik dan sound system pun akan ketiban rejeki saat kondisi seperti ini, tak ketinggalan pada pedagang kaki lima yang akan selalu siap standby di lokasi acara. unsur satu ini pun juga terbilang penting dan tak bisa dianggap remeh yaitu TUKANG SARANG OJHEN, atau pawang hujan.
Cuaca mendung di kampung blekok |
apa peran pawang hujan pada sebuah acara hajatan? ya...tentu saja salah satu faktor paling penting, semua boleh siap 100% perencanaannya, tapi jika pada waktu pra, acara hingga pasca acara tidak memerankan seorang pawang hujan maka acara akan buyar plus ambyar 😂
hari ini, kami pun dapat undangan sebuah acara hajatan yaitu walimatul aqiqah, salah satu anggota pokdarwis kabupaten situbondo dari Kampung Blekok, acara 40 hari selamatan putrinya yang pertama, perjalanan saya dari rumah pun terlihat awan gelap menggelantung terlihat pada sisi barat yaitu wilayah kota dan sebelah barat pun cuaca agak gelap, dalam pikiran antara ragu untuk berangkat atau tidak, saya putuskan untuk berangkat apapun yang terjadi karena saya pun harus menjemput sahabat salah satu anggota pokdarwis juga untuk hadir di acara walimatul aqiqah tersebut. benar saja gerimis mulai turun sejak kecamatan kapongan, panji hingga masuk ke kota.
Mendung masih bergelanyut diatas kepala, acara sudah mulai dan saya serta teman pun datang agak telat. rasa was-was akan turunnya hujan pun masih ada dalam benak kami. ya... kami lupa bahwa acara hajatan ini pun melibatkan peran serta sang Tukang Sarang. Kemudian perlahan-lahan tanpa tersadari langit sedikit demi sedikit mulai terlihat sedikit membiru, awan yang tadinya cukup tebal seperti pergi tertiup angin, entah mengarah kemana awan tebal tadi.
Percaya atau tidak, begitulah kejadian hari ini tentang sebuah kebudayaan, kepercayaan dan adat istiadat masyarakat situbondo yaitu tradisi nyarang ojhen. Dan yang pasti saya yakin setelah para tamu undangan yang hadir sudah mulai pulang satu per satu, sound sistem sudah mulai di off kan, terop mulai diturunkan dirapikan kembali, mendung pun akan kembali bersamaan datangnya hujan sebagai sebuah pertanda rahmat karunia pemberian langsung dari Gusti Alloh SWT.
Semoga narasi berdasarkan kisah nyata ini menjadi sebuah muhasabah bagi kita semua terhadap kekuasaan Sang Pencipta. Amin
Salam Budaya
Salam Pariwisata
hari ini, kami pun dapat undangan sebuah acara hajatan yaitu walimatul aqiqah, salah satu anggota pokdarwis kabupaten situbondo dari Kampung Blekok, acara 40 hari selamatan putrinya yang pertama, perjalanan saya dari rumah pun terlihat awan gelap menggelantung terlihat pada sisi barat yaitu wilayah kota dan sebelah barat pun cuaca agak gelap, dalam pikiran antara ragu untuk berangkat atau tidak, saya putuskan untuk berangkat apapun yang terjadi karena saya pun harus menjemput sahabat salah satu anggota pokdarwis juga untuk hadir di acara walimatul aqiqah tersebut. benar saja gerimis mulai turun sejak kecamatan kapongan, panji hingga masuk ke kota.
Tradisi nyarang ojhen |
Mendung masih bergelanyut diatas kepala, acara sudah mulai dan saya serta teman pun datang agak telat. rasa was-was akan turunnya hujan pun masih ada dalam benak kami. ya... kami lupa bahwa acara hajatan ini pun melibatkan peran serta sang Tukang Sarang. Kemudian perlahan-lahan tanpa tersadari langit sedikit demi sedikit mulai terlihat sedikit membiru, awan yang tadinya cukup tebal seperti pergi tertiup angin, entah mengarah kemana awan tebal tadi.
Percaya atau tidak, begitulah kejadian hari ini tentang sebuah kebudayaan, kepercayaan dan adat istiadat masyarakat situbondo yaitu tradisi nyarang ojhen. Dan yang pasti saya yakin setelah para tamu undangan yang hadir sudah mulai pulang satu per satu, sound sistem sudah mulai di off kan, terop mulai diturunkan dirapikan kembali, mendung pun akan kembali bersamaan datangnya hujan sebagai sebuah pertanda rahmat karunia pemberian langsung dari Gusti Alloh SWT.
Semoga narasi berdasarkan kisah nyata ini menjadi sebuah muhasabah bagi kita semua terhadap kekuasaan Sang Pencipta. Amin
Salam Budaya
Salam Pariwisata
BACA TRADISI LAINNYA DI SITUBONDO
Posting Komentar