Denyut Sejarah dan Cagar Budaya di Pandalungan

-




Wisata Situbondo, Kraksaan || Sejumlah pemerhati sejarah, akademisi yang terdiri dari dosen di berbagai universitas di Probolinggo dan sekitarnya, termasuk juga para guru yang tergabung dalam MGMP Sejarah, berkumpul di gedung aula SMKN 2 Kraksaan, Probolinggo. Kamis, (19/9) sejak pukul 8.30 WIB.


Kegiatan bidang kebudayaan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (BPK XI) Jawa Timur. Hal ini merupakan bagian dari program lanjutan sebelumnya yakni safari kebudayaan "Rawat Budaya Pandalungan di Sembilan Kabupaten di Wilayah Tapalkuda" yang bertujuan untuk menginternalisasi budaya dan literasi Pandalungan kepada masyarakat.


Dalam pidato sambutan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur, Endah Budi Haryani menyatakan bahwa kegiatan diskusi dengan tema Denyut Sejarah dan Cagar Budaya di Pandalungan. 



"Hari ini kita berkumpul untuk berdiskusi dengan judul Denyut Sejarah dan Cagar Budaya Pandalungan dengan Pembicara Narasumber yang luar biasa, juga diskusi ini bertujuan untuk menginternalisasi nilai budaya khususnya pandalungan kepada masyarakat" ungkap Endah, panggilan akrabnya.


"Tujuan jangka panjangnya yaitu agar masyarakat teredukasi, memahami, mencintai dan pada akhirnya ikut melestarikan sejarah, cagar budaya, dan budaya di daerahnya masing-masing," lanjutnya.



Pada diskusi sejarah dan cagar budaya kali ini, pihak BPK XI sengaja mengundang pemateri yang telah berpengalaman di bidangnya. Diantaranya adalah Prof. Dr  Agus Aris Munandar, M.Hum dosen Universitas Indonesia, Dr. Daya Negeri Wijaya, S.Pd, M.A, Dosen Universitas Negri Malang dan Edi Martono, praktisi kebudayaan lokal Probolinggo.


Suguhan musik keroncong dengan nuansa lagu-lagu daerah pandelungan-an, menjadi suguhan menarik dalam kegiatan ini.

.

Pengurus Museum Balumbung bersama Pemateri dan Kepala BPK XI

Materi menarik tentang cagar budaya tinggalam era klasik yang membuat semua terkejut adalah asal usul nama Probolinggo. 


Para peserta diskusi dari berbagai daerah


"Candi Jabung merupakan representasi bentuk pendharmaan yang sekilas mirip sebuah lingga-yoni. Berbentuk silindris pada sisi atas dan pondasi bawah yang berbentuk segi empat (kubus). Candi Jabung tinggalam era Majapahit memiliki 2 nilai kepercayaan yakni bagi penganut Hindu-Siwa. Ungkap Agus. 


Pemateri Dr. Daya Negeri Wijaya, S.Pd


"Praba memiliki arti sesuatu yang bercahaya atau bersinar dalam bahasa sansekerta dan lingga adalah tanda atau titik penanda. Jadi praba dan lingga atau Prabalingga yang hari ini berubah penyebutan menjadi Probolinggo yang sebelumnya dikenal sebagai kabupaten Banger,  memiliki arti titik tanda sesuatu yang bercahaya. Dalam segi bentuk candi Jabung juga memilik kesamaan arsitektur dengan candi Brahu, dan candi Gunung Gangsir," lanjut pria yang dikenal humble dikalangan mahasiswa UI.



Para peserta tak hanya mendapatkan materi pengetahuan sejarah dan cagar budaya tetapi juga diberikan kesempatan untuk tanya jawab tentang sejarah. (AG)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama